Anda harus memiliki kematangan dalam bersikap, khususnya dalam
memahami kebijakan-kebijakan perusahaan yang mungkin dirasa merugikan
kenyamanan karyawan sebenarnya dilakukan untuk kemajuan perusahaan.
|
KOMPAS.com
- Anda merasa sudah bekerja sebaik mungkin, sudah menapaki jenjang
karier dari bawah, tetapi mengapa promosi jabatan yang Anda impikan
tidak juga mampir ke tangan Anda? Alison Green, konsultan karier yang
juga penulis buku Managing to Change the World: The Nonprofit Manager's Guide to Getting Results, membeberkan 9 masalah umum yang mungkin menjadi alasannya:
1. Penampilan Anda kurang meyakinkan.
Masa sih, penampilan itu menjadi faktor penentu? Rasanya tidak fair, namun begitulah adanya. Mungkin Anda sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengenakan business attire
yang terkesan paling formal, atau profesional. Namun, bisa saja hal itu
justru memengaruhi cara orang memahami Anda, dan peluang apa yang
ditawarkan pada Anda. "Pakaian" yang terbaik datang dari pembawaan Anda
sendiri, berupa kepercayaan diri, kemampuan memotivasi, dan kepribadian
cemerlang lainnya.
2. Anda tidak becus mengelola waktu.
Sebagai manajer, Anda tidak hanya harus mencatat semua pekerjaan atau
progres yang telah mereka lakukan, tetapi juga pekerjaan orang lain.
Jika Anda tidak mampu mengelola projek atau tugas-tugas Anda sendiri,
mustahil anak buah Anda punya keyakinan bahwa Anda akan mampu mengawasi
kerja seluruh anggota tim, kan?
3. Kurang cekatan menanggapi percakapan yang sulit.
Manajer tentu akan sering menghadapi percakapan yang sulit. Mereka
harus membuat keputusan-keputusan yang tidak populer bagi karyawannya,
sambil tetap menegakkan standar dan konsekuensi yang ada. Anda tak akan
dipandang berpotensi sebagai manajer jika Anda cenderung menjauhkan diri
dari perbincangan yang sulit, atau sebaliknya, terlalu agresif dan
konfrontatif.
4. Gemar bergunjing. Sebagai
atasan, seharusnya Anda tidak memihak, dan selalu bersikap objektif.
Tidak hanya itu, sikap tidak memihak itu harus kentara. Jika Anda sudah
melanggar batas-batas profesional di dalam kantor, akan sulit untuk
membangun kembali batas-batas tersebut sebagai seorang manajer.
5. Tidak tahu bagaimana membuat prioritas. Saat bekerja, Anda pasti akan menerima beragam tawaran atau peluang untuk mengerjakan suatu projek. Menerima semua tawaran tersebut jelas tidak mungkin. Anda harus mampu mengidentifikasi projek yang paling penting, karena harus meluangkan waktu dan sumber daya untuk melakukannya, dan kemudian tetap fokus pada tujuan. Jika membuat prioritas saja sudah kesulitan, masalahnya tentu akan semakin kompleks.
6. Tidak mampu membina hubungan dengan atasan Anda sendiri.
Mengelola hubungan tidak hanya bersifat ke bawah, tetapi juga ke atas.
Kemampuan Anda untuk membina hubungan ke atas akan semakin penting
ketika Anda makin menapaki tangga jabatan. Untuk itu Anda perlu melatih
komunikasi, menyelaraskan diri dengan harapan-harapan yang diberikan
oleh atasan, dan memenuhi kebutuhan atasan dengan cara yang dia
kehendaki secara profesional. Jika Anda tak memiliki kemampuan ini,
jangan harap peran yang lebih tinggi akan Anda dapatkan.
7. Anda gemar menggerutu.
Sebagai atasan, Anda harus memiliki kematangan dalam bersikap,
khususnya dalam memahami bahwa kebijakan-kebijakan perusahaan yang
dirasa mengganggu atau merugikan kenyamanan karyawan sebenarnya
diberlakukan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Anda juga
membutuhkan penilaian tersebut untuk meningkatkan kepedulian secara
profesional, yang dilakukan melalui jalur yang tepat, dan bukannya
membaginya dengan siapa saja yang bersedia mendengarkan.
8. Anda hanya mau mengerjakan tugas-tugas Anda sendiri. Setiap orang pasti memiliki job description
sendiri sesuai posisi atau divisinya. Hanya memenuhi tugas-tugas Anda
saja tidak akan cukup membuat Anda dipromosikan. Dalam penilaian karya,
pencapaian Anda tersebut hanya dianggap "meet expectation".
Promosi akan diberikan kepada mereka yang bekerja melebihi harapan, dan
selalu mencari cara-cara untuk memperbaiki kinerja secara
terus-menerus.
9. Tidak memastikan bahwa pencapaian Anda "dilihat".
Bukannya mau pamer kemampuan diri Anda, atau menunjukkan bahwa Anda
mampu berprestasi. Tetapi jika tidak ada orang yang mengetahui
pencapaian-pencapaian tersebut, penghargaan yang Anda harapkan tidak
akan Anda terima. Jangan ragu untuk menunjukkan prestasi Anda tersebut
kepada atasan Anda, entah itu berupa tinjauan dari klien, atau cara Anda
memecahkan masalah di kantor yang bisa menghindarkan perusahaan dari
kerugian.
Penulis : Felicitas Harmandini |
Senin, 6 Agustus 2012 | 16:11
Editor :
Dini
0 komentar:
Posting Komentar