Sabtu, 24 Juli 2010
Jangan 'Rebut' Orangtuaku!
MIKAEL yang baru saja merayakan ulang tahun yang kedua, mendapat kado spesial dari sang Mama berupa adik bayi. Tapi kok sepertinya Mikael, kurang begitu senang ya?
Hal ini jamak terjadi. Selain jarak yang berdekatan, kehadiran adik ‘baru' kadang membuat sang kakak 'berulah'. Tak jarang label anak nakal pun melekat pada diri si Kakak.
Belum lagi rasa cemburu yang timbul lantaran merasa orangtua lebih memerhatikan adik bayi ketimbang dirinya. Bagaimana orangtua menghadapi situasi seperti ini?
Kenalkan Sejak Awal
Mungkin anak memang belum paham arti 'kedatangan' adik. Tapi sebagai orangtua, tak ada salahnya untuk mengenalkan sedini mungkin bahwa dia akan menjadi seorang kakak.
Misalnya, sejak Moms hamil, ajak anak untuk bercakap-cakap dengan calon adiknya, mengelus perut Moms, atau aktivitas-aktivitas lain dalam rangka menyambut kehadiran adik bayi. Dengan pemahamannya sendiri diharapkan anak akan mengerti. Tapi jangan kaget bila si adik bayi lahir, tetap ada reaksi penolakan dari sang Kakak.
Berikan Perhatian yang Sama
Sangat wajar jika anak mengalami perubahan tingkah laku ketika dia mempunyai adik. Hal ini karena perhatian orangtua yang awalnya fokus terhadap dirinya, sekarang harus berbagi dengan adiknya. Akibatnya, anak menjadi rewel atau nakal untuk mendapat perhatian orangtuanya.
Oleh karena itu, Moms and Dads harus tetap memberi perhatian, misalnya bergantian melakukan aktivitas bersama si kakak. Bila Moms sedang sibuk mengurus adik bayi, Dads mengajak si kakak bermain.
Jika si adik tidur, Moms bermain bersama si kakak, atau biarkan adik digendong oleh Dad sementara kakak bermain bersama Moms. Bisa juga, ajak kakak bermain bersama dengan adik. Permainan sederhana seperti, "ciluk ba". Usahakan semua seimbang.
Proses Adaptasi
Hampir semua anak, merasa tidak nyaman dengan hadirnya adik baru. Hanya saja, ada anak yang cepat dapat beradaptasi, ada pula yang perlu waktu untuk beradaptasi. Terlebih jika orangtua tidak membantu anak untuk menerima peran barunya sebagai kakak.
Lantas, bagaimana jika ternyata si sulung menolak kehadiran seorang adik? Jangan khawatir Moms! Biasanya penolakan bersifat sementara, sebagai bagian dari proses adaptasi.
Untuk mengatasinya perlu kerjasama yang baik antara Dads and Moms. Walaupun ada pengasuh lain misalnya kakek, nenek, ataupun babysitter, sebaiknya peran orangtua tetap lebih besar porsinya dalam memberikan perhatian kepada anak. Sehingga anggapan si adik akan merebut perhatian orangtuanya akan hilang.
Libatkan si Kakak
Pada usia batita, anak senang bila ia dapat menyenangkan hati orang lain, khususnya orangtua. Pujian yang diberikan menjadi suatu rewards bagi anak. Ketika Moms kembali ke rumah dan membawa sang adik, libatkan si aulung untuk hal sederhana.
Misalnya, mengambilkan popok atau bedak, membuang tisu atau popok sekali pakai ke tempat sampah. Jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih dan menunjukkan penghargaan terhadap anak. Dengan demikian ia tetap merasa memperoleh perhatian, menjadi bagian dari keluarga, mengembangkan rasa tanggung jawab sebagai kakak, juga meningkatkan rasa percaya dirinya.
Namun demikian, jangan kecewa dan memarahi anak bila hasil pekerjaannya tidak sempurna. Tetap hargai apapun yang ia lakukan, agar ia mau mengulangi kembali bila dimintai tolong. Sumber : www.okezone.com (Mom& Kiddie//nsa)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar